REVIEW - ANCIKA: DIA YANG BERSAMAKU 1995

 Ancika (2024) - IMDb

Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 tidak menampilkan tawuran antar geng seperti film Dilan sebelumnya, walau ada satu adegan pengeroyokan singkat. Beberapa rayuan manis dilontarkan karakternya, namun tidak sepuitis atau gombal di tiga film sebelumnya. Dibanding para pendahulunya, film ini punya skala yang lebih kecil, terasa lebih sederhana serta intim, dan tentunya dengan pendekatan lebih dewasa.

Oh iya Film Ancika: Dia yang bersamaku wajar, mengingat dalam film ini tokoh Dilan diperankan oleh (Arbani Yasiz) yang kini telah berstatus sebagai mahasiswa ITB. Seragam putih abu-abu kini telah ia tanggalkan, begitu pula tampuk kepemimpinan geng motor yang memberinya julukan "Panglima Tempur". Dilan nampak lebih tenang. Setenang Kota Bandung yang di film ini terasa bak rumah, bahkan bagi non-penduduk seperti saya. 


Ada banyak perubahan di sini. Selain bergantinya pemeran si tokoh utama, kini Milea tak lagi mengisi hati Dilan. Posisi tersebut diisi oleh Ancika (Zee JKT48) yang duduk di bangku SMA. Belum lagi membahas berbagai perubahan di balik layar, termasuk departemen penyutradaraan yang berpindah dari Fajar Bustomi dan Pidi Baiq ke Benni Setiawan. 

Tapi toh setumpuk perubahan tadi tak sampai merombak formula serinya. Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 masih soal hubungan dua manusia yang melalui proses "benci jadi cinta", dengan hadirnya sosok ketiga selaku "pengganggu" (Yadit yang diperankan Daffa Wardhana), sedangkan hal-hal di luar romantika turut datang sebagai bumbu penyedap sama seperti kisah cinta pada kebanyakan lainnya.

Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 Berhasil Tembus 1 Juta Penonton

Walaupun demikian, menyebutnya sebagai pengulangan semata rasanya terlalu menggampangkan. Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 adalah cerita yang sama, namun dengan dinamika yang berbeda. Penokohan Dilan mengalami perkembangan. Tetap eksentrik, tetap kaya akan teknik merayu yang sedikit aneh, namun lebih matang dari rayuan film dilan sebelumnya. Arbani Yasiz pun lebih meyakinkan sebagai figur karismatik yang mampu menciutkan nyali musuh hanya dengan menampakkan wajah. 

Zee sebagai Ancika memberi lawan seimbang bagi keeksentrikan Dilan lewat sikapnya yang keras. Ancika memang bukan tipikal gadis yang mudah membisu akibat tertegun mendengar tutur kata yang diucapkan oleh Dilan. Dia senantiasa "melawan", dan karakterisasi tersebut, ditambah chemistry solid dari kedua pemeran, melahirkan pembeda dibanding dinamika Dilan-Milea terdahulu.

Sayangnya naskah buatan Benni Setiawan dan Tubagus Deddy banyak menyisakan pengembangan cerita yang setengah matang. Tidak perlu sampai membahas subplot politik terkait peristiwa jelang reformasi, perihal yang lebih mendasar macam konflik cinta segitiganya pun menurut saya gagal tampil maksimal. 

Ini alasan Iqbaal berhenti dari film Dilan! Ancika 1995 diperankan Arbani  Yasiz dan Zee JKT48 - Hops ID

Alhasil stake-nya terasa rendah. Ketika Daffa Wardhana mampu sepenuhnya lepas dari kekakuan yang kerap menganggu aktingnya, malah naskahnya justru tak kuasa menjadikan Yadit terasa "mengancam" selaku pesaing cinta. 

Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 pun kekurangan momen romantis yang ikonik untuk sebuah film yang ingin menyampaikan bahwa "Ancika memang bukan yang pertama singgah di hati Dilan, tapi ialah yang terakhir". Apalagi benturan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan di ending-nya kekurangan dampak emosi akibat keputusan me-recast satu lagi karakter penting. 

Tapi selepas Milea: Suara dari Dilan (2020) yang tak lebih dari sebuah rekap malas, setidaknya Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 berhasil memberi konklusi yang pantas bagi franchise-nya. Berkat penampilan dua pemain utama, 100 menit durasinya tak berakhir sia-sia, terlebih sewaktu barisan lagu-lagu yang manis sekaligus emosional, setia mengiringi perjalanan mereka. 

 

Komentar

  1. Cakep banget ngereviewnya kak. Saya jadi kangen dilan yang main iqbaal.haha..gak nyambung amat

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW - THE FLASH

Meniti Jalan Menuju Mimpi