Sunah Rasulullah
Sunah Rasulullah, Berkuasa
Sunah
berkuasa, sering kali dianggap kotor dan keji. Umat Islam menggenggam peradaban
dunia sejak akhir 600 M hingga 1924 M, hitung berapa tahun? hampir 1.300 tahun.
Baru 100 tahun ini saja umat Islam hidup tanpa kekuasaan yang melindunginya.
Kita
sering meributkan sunah berjenggot dan celana cingkrang, mengapa tidak membahas
sunah berkuasa? Bukankah sunah berkuasa paling pertama hilang lalu yang
terakhir shalat?
Saatnya
berfikir dan berjuang membangun sunah berskala dunia, menggenggam peradaban
dunia, bukan saja berkutat pada soal persoalan individu saja. Nabi Sulaiman dan
Daud menggenggam kekuasaan. Nabi Yusuf menggenggam kekuasaan. Rasulullah saw
dan Khalifatur Rasyidin menggenggam kekuasaan. Umar Bin Abdul Aziz, Shalahuddin
Al Ayubi, Nuruddin Zanky, Baibars, Al Qhutuz hingga Muhammad al Fatih, semuanya
menggenggam kekuasaan. Namun mengapa kita sekarang mengatakan kekuasaan itu
kotor. Politik itu kotor? Sepertinya ada yang salah dalam memahami dan
mengimani Islam.
Nabi
Sulaiman, Daud, Yusuf dan Musa memperbaiki umatnya dengan kekuasaan. Kecepatan
memperbaiki masyarakat hanya bisa dilakukan dengan kekuasaan dan kultural.
Walisanga saja memadukan kekuasaan dengan kultural untuk mengislamkan
Nusantara.
Apakah
para Nabi dan Rasul hanya mengandalkan ibadah mahdoh saja? Apakah para Sahabat
mengandalkan ibadah mahdoh saja untuk meraih surga? Mereka selalu ingin menjadi
yang pertama mendapatkan perlindungan Allah. Caranya, berkuasalah dengan
keadilan. Andai kita belum bisa menjadi pemimpin adil, jadilah penyokong dan
pengusung untuk lahirnya dan berkuasanya pemimpin yang adil.
Setelah
para Sahabat Rasulullah saw dididik, kemana mereka berkiprah? Hanya Abu Dzar Al
Ghifari saja yang ditolak memegang kekuasaan. Selebihnya menjadi Khalifah dan
pejabat publik? Bila kekuasaan diramu dengan spiritualitas dan intelektualitas,
hasilnya kemaslahatan yang luar biasa.
Ibnu
Abbas, ahlul Quran, yang didoakan Rasulullah saw. Apakah dia hanya menjadi ahli
tafsir? Yang berkecimpung di ranah intelektual saja? Dia penasihat khusus
khalifah Ali bin Abi Thalib. Ibnu Umar yang diberikan keluasan ilmu Fiqh, dia
seorang bendaharawan sebuah wilayah setingkat gubernur. Abu Hurairah ahli
hadist dia menjabat walikota. Imam Syafii seorang hakim. Jadi adakah pertentangan
iman dan kekuasaan? Antara ulama dan kekuasaan? Apakah kekuasaan itu kotor?
Mengapa mereka bergelut dengan kekuasaan?
Apakah
Abu Dzar Ghifari berdiam diri dengan kekuasaan? Dia tidak menggenggam kekuasaan
tetapi menjadi oposisi yang meluruskan para Sahabat yang berkuasa agar tetap
berada di relung kebenaran.
10
Sahabat Rasulullah saw yang dijamin masuk surga, hidup hingga matinya bergelut
dengan kekuasaan. Kecuali satu orang. Hasan dan Husein, penghulu para pemuda di
Surga, juga bergelut dengan kekuasaan. Mengapa kita yang ilmu dan pemahamannya
sedikit, mengatakan bahwa politik kekuasaan itu kotor?
#One Day One Post
#KMP2SMI
Sejarah Kebudayaan Islam
Sunnah berkuasa ya ?
BalasHapusMaksudnya mungkin di Sunnah kan untuk menjadi penguasa, makanya di bilang Sunnah Global kan ya Kang ?
Baru denger sih sebenernya . Hehe
Maksudnya gimana ya Kak Saya kok kurang nyambung pas bacanya
BalasHapusSemangatt
BalasHapusHmmm. Bagus topiknya. Tapi kurang panjang pembahasannya menurut saya. Beberapa terkesan terlalu eksklusif, buat orang yang tahu aja. Mungkin bisa diperjelas juga "sunah berkuasa" itu maksudnya pendirian khilafah Islamiyah, seni siyasah (politik) yang sudah ada dalam agama Islam. Perlu ditambahi dalil juga, dalam hadis misalnya, menyangkut apa yg hilang pertama adalah Jama'ah (khilafah) yang tali yang terakhir hilang adalag shalat. Nama-nama sahabat yang disebutkan menjabat bisa ditambahi keterangan menjabat di masa khalifah siapa, dan di kota mana. Biar lebih jelas. Itu aja dari saya. Untuk tulisannya sudah oke.
BalasHapusSejarah yang harus di ketahui oleh umat Islam.
BalasHapusMaksudnya apakah bahwa berpolitik dalam Islam adalah hal yang wajar dilakukan? Merupakan salah satu Cara menuju kekuasaan?
BalasHapusOoh tentu.. politik itu nggak Kotor.. yang Kotor, orang2 yang menjalankannya. Kalau semua politikus menjalankan politik sesuai syariat sebagaimana Rasulullah dan para shalafush sholih menegakkannya, insya Allah nggak runyam seperti sekarang.
Pembahasan yang menarik.
BalasHapus