Memburu Hikmah Kehidupan

“Kehidupan lebih nyata daripada pendapat siapa pun tentang kenyataan.”
Assalamualaikum..
Selamat Pagi, Syukur Alhamdulillah dipagi yang cerah ini saya masih bisa posting, walaupun tidak sebagus karya orang lain.

Berkaryalah sebagai bukti syukur kepada Allah. Begitulah Allah menutup kisah Nabi Dawud dan Sulaiman dalam Al Quran di Surat Saba ayat 10 dan 12 yaitu :
 وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ مِنَّا فَضْلًا ۖ يَا جِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ ۖ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيد


Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya (Q.S Saba' : 10)

masalah baju besi yang dibuat untuk orang - orang yang hendak berperang cukup mengganggu gerakan mereka. Anda bisa bayangkan ketika ada dua orang yang hendak berperang yang salah satunya dapat bergerak dengan bebas, sementara yang lain tidak leluasa bergerak. Namun dengan kekuasaan Allah SWT, Nabi Daud dapat melunakkan besi dan dapat membuat baju besi yang ringan. Ini adalah kemajuan yang penting yang Allah SWT berikan kepada Daud dan tentaranya. Kemajuan ini kini dimiliki oleh sulaiman. Dengan demikianlah Sulaiman memiliki pasukan yan dahsyat yang melebihi pasukan mana pun di muka bumi pada saat itu. Bahkan Allah SWT menambah karunia-Nya kepada sulaiman.


وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَرَوَاحُهَا شَهْرٌ ۖ وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ ۖ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَمَنْ يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِي

 Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. (Q.S. Saba' : 12)
Ini sebuah mindset luar biasa dalam berkarya. Ternyata menjaga dan meningkatkan nikmat salah satunya dengan berkarya. Karena karya adalah perwujudan syukur.
Nabi Sulaiman wafat saat sedang mengawasi sebuah mega proyek yang sedang dikerjakan oleh manusia, jin dan makhluk yang lain. Seandainya rayap tidak memakan tongkatnya, semua yang bekerja saat itu tidak tahu bahwa nabi Sulaiman sudah wafat. Wafat di tengah mengerjakan mega proyek? Bukan saat berbaring di tempat tidur? Bukan saat lemah lunglai tak berdaya.
Apa yang tak dimiliki oleh nabi Dawud? Kekuasaan dan kekayaan sudah dimilikinya. Namun apakah berdiam diri? Nabi Dawud masih meleburkan besi untuk dibuat peralatan mesin rumah tangga, baju besi dan pedang. Tak ada topang dagu di tengah tumpah ruahnya kekayaan dan kekuasaan. Berkarya bukan untuk merengkuh dunia lalu beristirahat. Berkarya untuk mensyukuri nikmat kehidupan. Mensyukuri akal, jasad dan ruh untuk membangun peradaban.
Dalam situasi seperti apa Rasulullah saw wafat? Di tengah proyek pengiriman pasukan ke Romawilah beliau wafat. Usamah bin Zaid, pemuda belia sang panglima , pulang kembali setelah mendengar Rasulullah saw wafat. Manusia yang dicintai Allah wafat di saat tengah menciptakan karya besar.
Mereka yang syahid sangat dimuliakan Allah. Mengapa? Karena wafatnya di saat tengah menoreh sebuah maha karya bagi kemanusiaan. Wafat di saat berkarya. Wafat di saat membangun. Wafat di tengah mewujudkan rasa syukur.
Jangan dibiarkan wafat di saat bertopang dagu. Beragam proyek karya kehidupan harus diambil dan diburu, bukan untuk memperebutkan dunia tetapi ingin mewujudkan rasa syukur kepada Allah.

Oleh: Abdurachman Anwar
#KMP2
#HikmahKehidupan

Komentar

  1. MasyaAllah bijak betul mas��

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah berkah tahun baru jadi harus lebih baik lagi kedepannya

    BalasHapus
  3. Masya Allah bagus tulisannya. Dewasa banget di usia yang masih muda. Semoga istiqomah :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meniti Jalan Menuju Mimpi

REVIEW - THE FLASH

REVIEW - ANCIKA: DIA YANG BERSAMAKU 1995