SAN ANDREAS (2015) REVIEW : Big Disaster, Big Holes Inside
Disela sibuk tapi setidaknya harus mencari hiburan, seperti biasa scroll tiktok, buka instagram dan beberapa sosial media lainnya. Sampai akhirnya aku melihat cuplikan film yang lumayan membuat saya penasaran dan akhirnya saya mulai buka laptop untuk mencari film tersebut di beberapa situs karena kalau mencari di netflix tidak ada. Setelah saya menemukan film yang saya cari ya San Andreas film yang menceritkan tentang bencana alam gempa yang disebabkan oleh patahan san andreas yang menghancurkan San Francisco Bay Area.
Film yang di sutradai oleh Brad Peyton sutradara satu ini sering sekali membuat film-film bertema serupa. Dan karyanya yang paling fenomenal adalah 2012, yang diangkat berdasarkan ramalan tentang kiamat di tahun 2012.
Seorang ahli saismologi institute technology California Dr. Lawrence Hayes (Giamatti) dan rekannya Dr. Kim Park (Lee) berada di bendungan Hoover ketika sedang menguji model prediksi gempa terbaru ketika patahan terdekat terjadi yang sebelumnya tidak diketahui pecah, memicu gempa berkekuatan 9.1 Scala Richter.
Filmnya memang tak berhasil menuai pujian dari para kritikus, tetapi film ini berhasil menarik minat penonton sehingga menimbulkan antrian panjang di mana-mana. Film tentang bencana alam kembali hadir tetapi bukan dari sutradara yang sama. Memiliki nama-nama besar seperti Dwayne Johnson, Carla Gugino, bahkan Alexandra Daddario.
Film San Andreas memiliki visual efek yang megah seperti apa yang ditunjukkan lewat trailernya, tak lantas membuat film terbaru dari Brad Peyton ini memiliki sesuatu yang segar di dalamnya.
San Andreas memang tak punya plot yang spesial ketika ditonton, segalanya hanyalah kumpulan dari segala macam unsur klise dalam film bertema sama dan bergabung menjadi satu. Ray (Dwayne Johnson) seorang penyelamat yang hidup penuh tantangan memiliki keluarga yang sudah berantakan. Ray mendapat gugatan cerai dari sang Istri, Emma (Carla Gugino) yang akan berpindah tempat tinggal di rumah sang pacar baru, Daniel (Ioan Gruffudd).
Bersama dengan Emma, Ray memiliki anak bernama Blake (Alexandra Daddario) dan seorang lagi yang sudah meninggal. Dengan adanya kejadian tersebut di dalam keluarganya, Ray berusaha untuk tetap mencintai keluarganya. Tetapi, ketika Blake akan pergi bersama dengan Daniel, gempa bumi besar datang menyerang kota California. Ray dan Emma berusaha menemukan dan menyelamatkan Blake yang terjebak karena gempa bumi yang meluluh lantakkan seluruh kota.
Dengan cerita yang sesederhana itu, San Andreas memiliki durasi sepanjang 112 menit untuk menjalankan segala konflik ceritanya. Tak pelak, San Andreas pun terasa terlalu panjang dengan konflik yang sebenarnya tak punya sesuatu yang istimewa. Carlton Cuse selaku penulis naskah pun seperti mencoba menyelipkan berbagai macam intrik untuk mengulur durasi dari San Andreas. Sehingga, Brad Peyton bisa memamerkan kemegahan visual efek bencana alam sebagai sajian utama film San Andreas.
Memang, rasanya terlalu naif ketika mengharapkan sesuatu yang segar dalam plot cerita untuk film sejenis San Andreas. Film garapan Brad Peyton ini pun seperti sebuah omnibus yang tak dapat bersatu di setiap pengembangan karakternya. Sehingga, akan terasa adanya beberapa segmen yang berdiri sendiri dengan performa yang berbeda-beda. Tetap, San Andreas memiliki sajian yang klise dan luar biasa tak masuk akal untuk menyampaikan ceritanya.
Penonton pun akan dengan mudah terakses dengan cerita di dalam film ini. Saking mudahnya akses tersebut, penonton pun akan tahu seperti apa film ini akan berakhir dan berhasil menebak adegan seperti apa selanjutnya. Hal ini karena Carlton Cuse mengambil template yang sama dari beberapa film dengan tema serupa dan digabungkan ke dalam naskah film San Andreas. Sehingga, segala bentuk konflik atau adegan klise di film ini pun terangkum di dalamnya.
Ada beberapa adegan yang akan terasa memudahkan bagaimana seseorang menghadapi sebuah bencana yang sangat besar. Sehingga, bencana alam tersebut akan terasa tidak nyata bagi penontonnya. Dengan adanya adegan-adegan seperti itu, hal ini menegaskan bahwa San Andreas hanyalah sebuah medium untuk memamerkan visual efek yang besar dan mengedepankan sekuens aksi yang maunya ingin memberikan tensi untuk ceritanya.
San Andreas masih memiliki kekuatan dalam jajaran pemainnya. Terlebih adegan final di film ini yang menguatkan sisi humanis dalam porsi drama keluarganya. Dibandingkan dengan beberapa poin yang menjadi kekurangan film ini, jajaran pemain dan paruh akhir film ini masih memberikan satu tensi yang kuat sehingga film ini tidak lemah seutuhnya.
Aku udah pernah nonton ini, keren banget. Ishh, setelah baca review kakak, jadi pengin nonton lagi 😫
BalasHapusYu bisa yu buat nonton lagi kak
HapusHa. Ceritanya jadi penasaran mau nonton, karena biasanya type yang suka menonton hal-hal ringan. Tapi setelah baca jadi penasaran.🫠
BalasHapusKarena emang keren ka film nya
HapusWah baru tahu sutradaranya sama dengan film 2012
BalasHapusIya ka pak sutradaranya sama makanya ayo nonton
HapusWaah, aku belum pernah nonton nih film. Jadi penasaran buat nonton. Makasi review filmnya kak :))
BalasHapusAyo kalau ada waktu luang film ini bisa jadi rekomendasi tontonan
HapusAku belum pernah nonton, tapi jadi penasaran setelah baca ini
BalasHapusAku belum pernah nonton film ini. Film tentang bencana itu bikin merinding. Kayaknya aku pernah nonton film tsunami yg viral dulu deh. Tp baca ulasannya kelihatan boleh lah untuk ditonton
BalasHapus